Minggu, Maret 01, 2015

[Diary dari angkot] Percakapan suami istri anti mainstream

Umurnya sudah tidak muda lagi.
Salutlah saya, kagumlah saya melihatnya.

Begitu akur saat naik angkot. Gandengan tangan pas masuk ke angkot.
Si pria usianya sekitar 50 tahunan, istrinya kira-kira 40-an.

Nampak sang suami kenal sama dengan sang sopir. Ngobrol asik sana-sini.
Sang suami nampaknya seorang anggota polisi atau apalah pokoknya penegak hukum, bisa dilihat dari baju yang dikenakannya.

Tiba saatnya suami istri ngobrol dalam Bahasa Jawa
S: Aku ngkok muleh telat. (Aku nanti pulang telat)
I: Loh opo'o? (Kenapa?)
S: Iki ono tahlilan ndek konco, ngewangi toto-toto barang. (Ada tahlilan di temen, mau bantu beres-beres juga)
I: Koen kok peduli mbek keluargane wong?! Keluargane dewe gak mok openi! (Koen=kamu *kasar kok peduli sama keluarga lain, keluarga sendiri dibiarin)
S: *diam lalu 'njundu' kepala istri

Dalam bahasan yang lain, si istri nampak marah-marah lagi, perkaranya saya tak begitu paham, intinya mereka sedang membicarakan soal kayu yang mungkin mau dijadikan pagar rumah yang sudah lama dibiarkan menumpuk di depan rumah.

I: Iku kayu kok mok jarne ae seh? (Itu kayu kok kamu biarin nganggur sih?)
S: Iyo Buk, sek sibuk ngene iki (Iya buk, masih sibuk gini ini)
I: Iku kayune selak mbuki, tak kekno wong ae bar iki! (Itu kayunya kelamaan bisa keropos, aku kasih ke orang aja habis ini)
S: Yo ojok buk, bar iki tak garap e (Ya, jangan Bu, habis ini aku urus)
I: Mboh wes, koen iki ancen goblok (Au ah, kamu ini memang go**ok)
S: Koen iki ngamuk-ngamuk ae, tambah ayu loh (Kamu kok marah-marah aja sih, tambah cantik loh)
I: *tersipu malu lalu diam, tiba-tiba saja mukul suami

Masih banyak obrolan mereka yang sayangnya tak bisa saya abadikan. Entah itu yang mereka anggap romantis atau bagaimana, yang jelas, bikin saya senyum-senyum sendiri selama berada di angkot. Semoga mereka langgeng dan sehat selalu :)

0 comments:

Posting Komentar