Salutlah saya, kagumlah saya melihatnya.
Begitu akur saat naik angkot. Gandengan tangan pas masuk ke angkot.
Si pria usianya sekitar 50 tahunan, istrinya kira-kira 40-an.
Nampak sang suami kenal sama dengan sang sopir. Ngobrol asik sana-sini.
Sang suami nampaknya seorang anggota polisi atau apalah pokoknya penegak hukum, bisa dilihat dari baju yang dikenakannya.
Tiba saatnya suami istri ngobrol dalam Bahasa Jawa
S: Aku ngkok muleh telat. (Aku nanti pulang telat)
I: Loh opo'o? (Kenapa?)
S: Iki ono tahlilan ndek konco, ngewangi toto-toto barang. (Ada tahlilan di temen, mau bantu beres-beres juga)
I: Koen kok peduli mbek keluargane wong?! Keluargane dewe gak mok openi! (Koen=kamu *kasar kok peduli sama keluarga lain, keluarga sendiri dibiarin)
S: *diam lalu 'njundu' kepala istri
Dalam bahasan yang lain, si istri nampak marah-marah lagi, perkaranya saya tak begitu paham, intinya mereka sedang membicarakan soal kayu yang mungkin mau dijadikan pagar rumah yang sudah lama dibiarkan menumpuk di depan rumah.
I: Iku kayu kok mok jarne ae seh? (Itu kayu kok kamu biarin nganggur sih?)
S: Iyo Buk, sek sibuk ngene iki (Iya buk, masih sibuk gini ini)
I: Iku kayune selak mbuki, tak kekno wong ae bar iki! (Itu kayunya kelamaan bisa keropos, aku kasih ke orang aja habis ini)
S: Yo ojok buk, bar iki tak garap e (Ya, jangan Bu, habis ini aku urus)
I: Mboh wes, koen iki ancen goblok (Au ah, kamu ini memang go**ok)
S: Koen iki ngamuk-ngamuk ae, tambah ayu loh (Kamu kok marah-marah aja sih, tambah cantik loh)
I: *tersipu malu lalu diam, tiba-tiba saja mukul suami
Masih banyak obrolan mereka yang sayangnya tak bisa saya abadikan. Entah itu yang mereka anggap romantis atau bagaimana, yang jelas, bikin saya senyum-senyum sendiri selama berada di angkot. Semoga mereka langgeng dan sehat selalu :)
Sang suami nampaknya seorang anggota polisi atau apalah pokoknya penegak hukum, bisa dilihat dari baju yang dikenakannya.
Tiba saatnya suami istri ngobrol dalam Bahasa Jawa
S: Aku ngkok muleh telat. (Aku nanti pulang telat)
I: Loh opo'o? (Kenapa?)
S: Iki ono tahlilan ndek konco, ngewangi toto-toto barang. (Ada tahlilan di temen, mau bantu beres-beres juga)
I: Koen kok peduli mbek keluargane wong?! Keluargane dewe gak mok openi! (Koen=kamu *kasar kok peduli sama keluarga lain, keluarga sendiri dibiarin)
S: *diam lalu 'njundu' kepala istri
Dalam bahasan yang lain, si istri nampak marah-marah lagi, perkaranya saya tak begitu paham, intinya mereka sedang membicarakan soal kayu yang mungkin mau dijadikan pagar rumah yang sudah lama dibiarkan menumpuk di depan rumah.
I: Iku kayu kok mok jarne ae seh? (Itu kayu kok kamu biarin nganggur sih?)
S: Iyo Buk, sek sibuk ngene iki (Iya buk, masih sibuk gini ini)
I: Iku kayune selak mbuki, tak kekno wong ae bar iki! (Itu kayunya kelamaan bisa keropos, aku kasih ke orang aja habis ini)
S: Yo ojok buk, bar iki tak garap e (Ya, jangan Bu, habis ini aku urus)
I: Mboh wes, koen iki ancen goblok (Au ah, kamu ini memang go**ok)
S: Koen iki ngamuk-ngamuk ae, tambah ayu loh (Kamu kok marah-marah aja sih, tambah cantik loh)
I: *tersipu malu lalu diam, tiba-tiba saja mukul suami
Masih banyak obrolan mereka yang sayangnya tak bisa saya abadikan. Entah itu yang mereka anggap romantis atau bagaimana, yang jelas, bikin saya senyum-senyum sendiri selama berada di angkot. Semoga mereka langgeng dan sehat selalu :)
0 comments:
Posting Komentar